Tasawwuf bukanlah akhlaqul
karimah (etika) dan bukan pula ilmu hikmah, akan tetapi
merupakan “posisi ruhani” (maqom ruhaniy), atau dengan kata lain adalah : bagaimana memposisikan ruhani seseorang di hadapan Alloh SWT. Atau bagaimana posisi ruhani seorang hamba di hadapan Alloh Azza wa Jalla. Dan kegiatan tasawwuf adalah “mencari kebenaran hakiki, dan berpaling dari kepalsuan” ( Imam Abu Mahfudz Mu’arraf ). Dan merupakan “ latihan batin secara langsung untuk dapat terjalin hubungan antara hamba dan Tuhanya”. ( Dzunnun Al-Mishri ).
merupakan “posisi ruhani” (maqom ruhaniy), atau dengan kata lain adalah : bagaimana memposisikan ruhani seseorang di hadapan Alloh SWT. Atau bagaimana posisi ruhani seorang hamba di hadapan Alloh Azza wa Jalla. Dan kegiatan tasawwuf adalah “mencari kebenaran hakiki, dan berpaling dari kepalsuan” ( Imam Abu Mahfudz Mu’arraf ). Dan merupakan “ latihan batin secara langsung untuk dapat terjalin hubungan antara hamba dan Tuhanya”. ( Dzunnun Al-Mishri ).
Menurut Jabir bin Hayyan Al-Asakiy “ “perpaduan antara unsur AKU-KAMU-DIA dalam
menentukan posisi ruhani di hadapan Allah SWT” .
Menurut Abu Hasyim Luqman ibnu Huwaid “ Agar sampai kepada Allah SWT – tinggalkan
dirimu dan menujulah kemari “
Jenis dan
macamnya
Jenis dan macam adalah
penggalan istilah yang apabila diatur secara ilmiah akan menjadi urutan secara
tertib, untuk memudahkan pemahaman, yakni :
- Tasawwuf ‘irfaniy : yakni maqom ruhani yang terkait dengan pengetahuan yang dihasilkan oleh interaksi inderawi dalam mendudukkan diri seseorang di hadapan Alloh
- Tasawwuf Wujudiy : yakni maqom ruhani yang dihasilkan dari persentuhan benda materi serta posisi seseorang secara fisik di hadapan Alloh
- Tasawwuf Falsafi : yakni maqom ruhani yang merupakan hasil penggabungan antara ‘irfaniy dan wujudiy dalam sebuah performa ekspresi jiwa dan raga dalam memposisikan diri di hadapan Alloh SWT.
Tahapan
dan teori sederhana
Dalam mencapai maqom ruhani
( posisi ruhani ) di hadapan Alloh, banyak ditentukan oleh penataan hati
sebagai sentra kegiatan fisik dan psikis manusia. Untuk memulai memasuki
tahapan tasawwuf, perlu dipahami anasir kalbu yang menjadi motor penggeraknya,
yakni :
- Bashiroh, adalah mata hati yang bertugas mengetahui kebaikan dan keburukan
- Dlomir, adalah moral yang berfungsi sebagai pendorong untuk mengamalkan hal-hal yang diketahui itu, atau dengan symbol perintah : “ lakukan yang baik, atau tinggalkan yang buruk “. Dan yang dapat memberi motivasi dlomir ini adalah :
- Ijtima’I “ : moral masyarakat
- Qonuniy : moral peraturan perundangan
- Diiniy : moral agama
- Fuad, adalah nurani yang berperan sebagai hakim, yang akan memberi sanksi dan hukuman terhadap setiap gerakan hati. Dan dialah yang akan menetapkan vonisnya
- As-sirr, adalah Kekuatan rahasia dan misterius yang dapat memberi sugesti dalam menindaklanjuti vonis yang telah ditetapkan oleh fuad.
- Ribath/Rath-bah ( Lathifah ), yakni disket yang merekam setiap akumulasi gerakan hati, dan menyimpannya, serta menggunakannya sebagai pengalaman ruhani yang sewaktu-waktu dapat dibuka.
Teori sederhananya adalah:
manakala interaksi inderawi dengan kejadiaan fisik, maka akan dinilai oleh
Bashiroh ; “apakah baik atau buruk”. Lalu hasil penilaian itu ditransfer kepada
Dlomir untuk digerakkan dan didorong “ dilakukan atau ditinggalkan”. Dan
setelah dikerjakan/dilakukan, maka akan ditangkap oleh Fuad untuk diberikan
vonis yang diikuti oleh “sanksi hukuman bila buruk, dan hadiah penghargaan bila
baik”. Dan hasil vonis itu akan dimunculkan oleh As-Sirr untuk “beristiqomah
dalam kebaikan atau menahan untuk tidak terjerumus ke dalam keburukan”. Dan
semua prose situ pada akhirnya akan disimpan dalam disket Lathifah, yang suatu
waktu dapat dimanfaatkan untuk memberi “sugesti bagi kebaikan atau warning bagi
keburukan”
Congclussion
Tasawwuf adalah kegiatan
seorang hamba dalam mencari “posisi ruhani” yang terhormat dihadapan Allah SWT,
sehingga terjalin ikatan yang sempurna dengan mengedepankan hal-hal yang dapat
mendekatkan dirinya kepada Allah, dengan memahami,menghayati dan mengkondisikan
hati sebagai motor penggeraknya. Jadi dikatakan “ seorang sufi” adalah orang
yang menduduki puncak posisi ruhani di
hadapan Allah, karena telah berhasil mengkondisikan hatinya. ( Wallohu a’lam bish-showab )
Dirangkum
dari : KULIAH TERBUKA PPS (S2) UNISMA MALANG, 24 SEPTEMBER 2004, OLEH. PROF.DR.KH. SAID AGIL
SIRADJ,MA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar