Kerangka awal Tasawwuf yang telah dipaparkan pada edisi ( Mukaddimah Tasawuf ) terdahulu
telah membentuk sebuah jalan setapak terbentang di sepanjang jalan kehidupan.
Sebagai gambaran ringkas
tentang pancaran NUR ILAHIYAH yang
melingkupi alam semesta secara hirarkis adalah sebagaimana diagram berikut :
Secara sederhana dapat
dipahami: bahwa ALLAH SWT sebagai sumber dari segala sumber cahaya, merupakan
Dzat yang absolute/mutlak dan terbebas dari segala penasaban/artikulasi dan
pemekaran/relasi. Posisi ini disebut Hadlirah Al-Ahadiyyah.
Kemudian dalam perputaran
masa, cahaya Allah yang Maha dahsyat tersebut memancarkan cahaya maha suci
dalam proses emanasi Maha sacral ( Al-Faidh Al-Aqdas ), hingga membentuk Asma’
dan Sifatullah yang disebut dengan Hadlirah
AL-Waahidiyyah .
Dari Asma’ dan Sifat Allah
itu juga memancarkan cahaya yang lebih
lunak dalam proses emanasi sacral ( Al- Faidh Al-Muqoddas ), dan dalam proses
ini disebut dengan At-Tajalli Al-Ghoib
(manifestasi abstrak), hingga membentuk Haqiqiyyah
Muhammadiyyah ( hakekat sifat yang dinisbatkan kepada Nabi Muhammad SAW).
Haqiqiyyah Al-Muhammadiyyah
dalam prosesnya kemudian menyebar dan memancarkan tiga pancaran yang dapat
ditangkap oleh makhluk, khususnya manusia, yakni :
- Manifestasi (Al-Tajalliyaat) atau perwujudan dari urutan pancaran tertinggi (Dzat Allah) hingga Al-Tajalliy Al-Ghoib ( Perwujudan tanpa bentuk ). Yang masih bersifat umum, yang juga berbeda proses dan hasilnya antara makhluk satu dengan yang lain.
- Dekadensi ( Al-Tanazzulaat) atau pengkaburan pancaran sehingga mengalami kesulitan untuk sampai pada obyek ( makhluk )
- Intifikasi ( Al-Ta’yiinaat ) atau pembatasan pancaran cahaya, baik terhalang,terlokalisir maupun terpendar.
Sebagai
referensi perimbangan : baca Al-Qur’an
Surah An-Nur, tentang CAHAYA ALLAH SWT, beserta tafsirnya.
Bersambung..........................
Dirangkum
dari : KULIAH TERBUKA PPS (S2) UNISMA MALANG, 25 DESEMBER 2004, OLEH.
PROF.DR.KH. SAID AGIL SIRADJ,MA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar